APAKAH SAYA MEMANG TEPAT UNTUK DIA??

Semua ini berawal dari pertanyaan “apakah saya memang tepat untuk dia?”

Yah semuanya saya awali dengan pertanyaan itu ketika memutuskan untuk menerimanya menjadi salah satu bagian dari hidup saya.

Dari awal mengenalnya, saya sudah merasa bahwa dia memang ‘komodo’ kelas kakap (nah lo?!). Okei saya akan menjelaskan kenapa saya menyebutnya demikian. Saya tidak pernah menyebutnya buaya seperti kupu-kupu lain menyebutnya. Saya pikir, julukan ‘komodo’ lebih pantas untuknya, kenapa? Yah karena menurut saya komodo lebih buas daripada buaya (harap diketahui ini hanya persepsi subyektif saya). Cara dia bicara, cara dia menatap, cara dia melontarkan pujian-pujiannya benar-benar terlihat ‘professional”‘. Tak heran jika banyak sekali kupu-kupu yang senang hinggap disisinya.

Sedangkan saya? Saya hanya seekor ‘kebo’. Yah kebo. Kebo yang hobi sekali tidur siang dan paling males kalau ada orang yang bilang “mandi” (dapat dibaca di postingan sebelumnya). Yah itu gambaran diri saya. Bukan kupu-kupu yang memiliki sayap, bisa terbang, punya warna tubuh yang beraneka ragam. Mungkin yang perlu digaris bawahi disini ialah “saya kebo yang anti dengan komodo”.

Terus, kenapa saya bisa berjalan beriringan dengan seekor ‘komodo’? Mungkin sebagian dari kalian merasa heran dan takjub mengapa seekor komodo dan kebo bisa berjalan beriringan. Kalau saya mengatakan ini kekuatan cinta, pasti kalian akan langsung lari ke kamar mandi lalu muntah sepuasnya. Tidak. Saya tidak akan mengatakan ini kekuatan cinta. Saya mengatakan ini takdir. Takdir yang cukup ‘unik’ bagi kami.

Kenapa saya mengatakan ini takdir? Berawal dari pembicaraan kami, kemudian tanpa sengaja bergeser menjadi ‘pelacur’ (pelarian curhat). Kemudian tanpa saya ketahui ternyata si komodo ini menyimpan hati pada saya. (lama-lama kok jadi kaya cerita FTV ya?) Oke, tapi ini kenyataan.

Pertama kali dia menyatakan perasaannya pada saya, jujur saya kaget setengah mati. Saya yang notabene anti dengan para komodo, mungkin untuk berkawan dengan mereka saya tidak masalah. Namun untuk berjalan beriringan?? What’s?? Saat itu untuk membayangkannya pun sangat susah. Apalagi saya ini bukan kupu-kupu yang lucu, indah, dan berwarna-warni. Saya hanya seekor kebo yang baru saja terbebas dan baru saja bisa menghirup udara segar setelah keluar dari mulut ‘harimau’ (okei untuk harimau mungkin akan saya jelaskan dipostingan saya selanjutnya). Dan tentunya saya masih takut untuk merasakan sakit lagi. Sakit yang sama ditempat yang sama.

Untuk melanjutkan hidup bersama seekor komodo?? Saya sempat berfikir beberapa kali. Apakah si komodo ini benar-benar serius dengan perkataannya atau ini hanya sebuah jaring untuk menjebak saya lalu menjadikan saya sebagai menu makan siang selanjutnya. Selama berhari-hari saya berpikir keras, keras sekali hingga berdarah-darah (okei part ini agak lebay. Lupakan). Apakah anda tau, bahwa hasil dari pemikiran saya berhari-hari hingga muntah darah (okei ini lebay juga. Lupakan lagi) ialah…….. Eng..ing..eng… Saya menerimanya. Yah MENERIMA si komodo ini menjadi bagian dari hari-hari si kebo.

Kalian pasti heran kenapa saya mengambil keputusan seperti ini. Atau kalian pasti khawatir terhadap keberlangsungan eksistensi saya sebagai kebo jika saya memang benar-benar menjadi menu makan siang si komodo selanjutnya. Tapi yang kalian ketahui, saya tidak berpikir demikian. Saya bukan menerima si komodo ini karena kasihan atau hanya sebagai pelarian saja.

            Saya menerimanya karena saya memang mau menerimanya dan mencoba berjalan beriringan dengannya. Karena saya mau mulai mencoba untuk merubah pandangan stereotip saya mengenai suatu hal. Saya mau mulai belajar untuk berpikir dan menjadi pribadi yang dewasa.

Mungkin beberapa dari anda bilang bahwa saya akan terperosok kelubang yang sama lagi. Tapi saya tidak berkata demikian. Saya menjalani kisah baru dengan sesuatu yang baru. Jadi jika suatu hari nanti saya akan terperosok ke sebuah lubang. Itu bukan lubang yang sama tempat saya jatuh dulu. Ini lubang yang berbeda dengan tempat yang berbeda pula.

Beberapa pertanyaan mungkin akan muncul, seperti:
·         Merasa khawatir?
Itu pasti saya rasakan, saya tidak memungkiri itu.
·         Merasa takut?
Setiap hari rasa takut itu pasti muncul dan setiap hari pula saya mencoba untuk melawannya.
·         Merasa sakit?
Sesekali pasti terasa sakit. Di dalam sebuah hubungan itu rasa sakit itu sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan lagi. Justru dengan rasa sakit itu kita akan bisa menemukan kebahagiaan ketika kita dapat mengobatinya.
·         Merasa cemburu?
Yah selalu. Tidak saya pungkiri bahwa semua kupu-kupu ‘yang-dia-tidak-tau-bahwa-saya-tau’ itu membuat saya ingin sekali berubah menjadi jala lalu menangkap dan mengawetkan mereka satu persatu. Hanya saja saya bukan jala. Jadi lupakan tentang istilah ‘mengawetkan’. Saya bersabar. Itu lebih tepatnya.
·         Lalu apakah saya bahagia dengan semua rasa khawatir, takut, sakit, atau cemburu ini?
Saya merasa bahagia. Bahagia terhadap semua yang sudah saya jalani saat ini. Saya bahagia karena seekor komodo yang tiba-tiba ‘nyempil’ dalam hidup saya itu sudah memberikan banyak rasa dan banyak warna dalam hidup saya. Tentu saja saya bersyukur terhadap semua ini. Karena dengan semua ini saya mulai dapat untuk belajar memahami dan mengerti. Selain itu saya juga belajar beradaptasi. Saya jadi dapat mengenal karakter banyak orang. Salah satunya dia. Si komodo unik yang biasa saya sebut ‘cacing’ (tentang sebutan ini dapat ditunggu dipostingan saya selanjutnya). Tanpa saya sadari, bahwa si komodo yang dulu sempat saya ‘pantang-untuk-terjebak-rayuannya’ telah membuat saya jatuh hati.

Jadi terima kasih tuan komodo yang selama delapan bulan ini telah memberikan warna dalam hidup seekor kebo seperti saya ini. Saya jadi tau banyak hal berkat anda. Saya juga lebih open minded daripada sebelumnya. Mungkin kita memang berbeda, tapi semoga perbedaan-perbedaan ini tetap dapat menyatukan kita tanpa membuat perjalanan ini menjadi tidak beriringan lagi.

Dan… semoga anda tidak marah ketika melihat postingan saya yang satu ini. Karena saya yakin selama delapan bulan ini anda telah mengenal saya dengan sangat baik. Jadi pasti anda mengerti bahwa ini adalah salah satu cara untuk mengungkapkan perasaan saya terhadap anda tetapi dengan cara saya yang berbeda.

Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa setiap hari selalu ada pertanyaan,

“Apakah saya memang tepat untuk dia?” (it’s mean you) :)

__keongdudul__

2 komentar:

Anonim 13 November 2010 pukul 21.11  

Hahahaha....komodo g bisa makan kebo nin......
yang ada kebo makan komodo........

Anonim 14 November 2010 pukul 04.06  

"yang-dia-tidak-tau-bahwa-saya-tau"

saya suka ituu. hhhhahahaha.

Posting Komentar

About this blog

Blog ini hanya berisi cerita sehari-hari dalam kehidupan si Keong Dudul ini. Mulai yang seneng sampai yang susah pun ada. Gak hanya itu, di blog ini juga dibahas berbagai permasalahan tapi dari sudut pandang berbeda si Keong Dudul. So.. Enjoy read this blog. :D
Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto saya
Sidoarjo, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Just an ordinary girl with ordinary life...

Pengikut

Me Me n' Me